Sekaten adalah perayaan tahunan yang diadakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad. Ini telah menjadi tradisi sejak era Kerajaan Demak (1475 hingga 1554), yang merupakan asal Kesultanan Yogyakarta dan Istana Kasunanan Surakarta. Di Yogyakarta, perayaan diselenggarakan oleh Sultan Yogyakarta, sedangkan di Surakarta Jawa Tengah, itu diselenggarakan oleh Istana Kasunanan Surakarta.
Sekaten tahun ini di Surakarta diadakan dari 2 hingga 9 November. Upacara pembukaan ditandai oleh dua set gamelan, yang disebut Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari, yang terletak di Masjid Agung Surakarta. Mereka dimainkan tanpa henti sampai akhir perayaan, Grebeg Maulud. Perayaan selama seminggu juga ditandai dengan hidangan khas Surakarta, seperti yang telah Bakpia Mutiara Jogja rangkum di bawah ini.
Kinang
Kinang terdiri dari seperangkat daun tembakau iris kering, daun sirih, gambir, injet (jeruk nipis) dan bunga kanthil. Ada pesanan khusus yang harus diikuti untuk menikmati hidangan. Yang pertama adalah meletakkan gambir dan jeruk nipis di selembar daun sirih, lipat daunnya dan kunyah. Daun tembakau yang diiris kemudian dimasukkan di antara gusi dan bibir, sedangkan bunga kanthil, awalnya digunakan untuk memberi aroma pada tembakau, juga dapat dikunyah atau diselipkan di atas telinga atau di dalam roti. Hidangan ini populer di kalangan wanita tua. Banyak yang datang dari luar Surakarta hanya untuk menikmati kinang sambil mendengarkan suara musik gamelan selama Sekaten. Hidangan ini juga dikatakan mengandung filosofi keberanian dan tekad, karena orang yang mau mencicipi kinang pahit siap untuk mengambil kehidupan seperti apa adanya.
Nasi Liwet dan Cabuk Rambak
Dua hidangan ini biasanya disajikan bersama. Nasi liwet adalah nasi yang dimasak dalam santan dengan daun salam dan rempah-rempah lainnya, disajikan dengan lauk yang terdiri dari irisan chayote yang dimasak dalam santan dengan cabai merah, daging ayam, telur dan cabai rebus kecil. Cabuk rambak berisi irisan ketupat (nasi yang dibungkus daun palem) disajikan dengan sambal cabuk dan kerupuk nasi. Kelezatan terletak pada sambal cabuk yang kaya rasa, yang terbuat dari wijen dan parutan kelapa yang dibumbui dengan kemiri, lengkuas, cabai rawit, minyak kelapa sawit dan daun jeruk nipis.
Endog Kamal
Endog Kamal (telur bebek asin) biasanya dikonsumsi sebagai lauk nasi liwet. Membeli endog kamal sebagai suvenir Sekaten untuk kerabat juga telah menjadi tradisi selama beberapa generasi. Seperti tersirat dalam namanya, amal (sedekah) melambangkan pesan bagi orang untuk melakukan perbuatan baik.
Ronde dan Asle
Kedua minuman tradisional ini sering dijual bersama dan cocok untuk hidangan penutup, karena rasanya yang manis. Ronde terinspirasi oleh minuman tradisional Tiongkok yang awalnya bernama tangyuan. Ini terdiri dari bola-bola kecil kue beras ketan, kacang panggang dan buah-buahan aren yang disajikan dengan minuman jahe. Asle terbuat dari santan yang dimasak dengan tebu, disajikan dengan irisan roti, agar-agar, buah aren dan kacang tanah rebus. Asle dapat disajikan panas atau dingin dengan es batu.
Jadi, dari keempat hidangan di atas, mana yang sudah kamu coba?