Jogja International Heritage Walk (JIHW) akan diselenggarakan kembali pada 17-18 November di Yogyakarta. Tema tahun ini adalah “Selamatkan Alam, Hormati Budaya, Jogja ke Dunia”, dengan 2500 peserta dari 21 negara yang dijadwalkan berjalan dalam tiga kategori: 5 kilometer, 10 km dan 20 km. Perubahan terbesar dari tahun lalu adalah rute baru untuk hari kedua. Ini akan membawa peserta melalui enam desa wisata di kabupaten Turi, kabupaten Sleman, yaitu Pancoh, Kelor, Nanggring, Tunggul Arum, Pule Sari dan Garongan.
Rute baru ini akan menawarkan pengalaman unik bagi para peserta, seperti minum susu kambing Etawa (Jamnapari) di desa Nanggring dan mengunjungi Joglo Kelor, tempat perlindungan bagi pejuang Indonesia selama Perang Diponegoro di desa Kelor. Sementara itu, pada hari pertama peserta dapat menikmati pertunjukan cucuk lampah oleh Gedruk Lampah Buto di candi Prambanan. Musik akustik tradisional, wayang wong, dan tari topeng pedalangan juga akan menghibur para peserta di sepanjang rute.
Acara tahun ini dikatakan melibatkan Internationaler Volkssportverband (IVV), sebuah organisasi nirlaba yang mengakomodasi olahraga populer seperti triathlon. JIHW telah resmi menjadi bagian dari IVV sejak 2013, yang memiliki anggota dari 29 negara lain.
JIHW juga berkolaborasi dengan asosiasi lain yang menyediakan kegiatan ekstra seperti pendidikan jamu oleh Wilwatikta, zumba dan pemeriksaan kesehatan gratis oleh Rotary Club of Yogya Tugu, serta mengendarai sepeda dan mewarnai. Selain itu juga ada hiasan payung gratis sejauh 10 km. lomba melukis oleh komunitas Omah Parenting.
Di sini kamu juga akan melihat permainan papan realitas ditambah dengan komunitas Sebangku, Taman Siswa Ki Hajar Dewantara lokakarya pendidikan dengan Sariswara Club, permainan anak-anak, pendidikan lingkungan dan sumbangan bibit pohon dengan National Development University’s Greentech, dan festival barang-barang kuliner dan organik yang diprakarsai oleh Komunitas Organik Indonesia.