Setelah tujuh bulan pandemi global COVID-19, pariwisata di Yogyakarta perlahan-lahan meningkat. Kepala Dinas Pariwisata Yogyakarta Singgih Raharjo mengatakan bahwa Jogja telah ada pemulihan dalam jumlah pengunjung, dengan sekitar 5.000 kunjungan harian tercatat pada hari kerja dan 40.000 pada akhir pekan. Sebagian besar pengunjung datang dari Yogyakarta, dari Jawa Tengah, dari Jawa Barat dan dari Jakarta, dengan daerah wisata populer seperti Malioboro yang dibanjiri turis domestik.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan tingkat hunian hotel di Yogyakarta menjadi 27,8 persen pada Juli dari 15,5 persen pada Juni. Angka itu masih jauh di bawah angka pra pandemi yang mencapai 56,3 persen pada Februari.
Namun, di tengah perbaikan, biro perjalanan di Yogyakarta belum juga pulih dari dampak pandemi.
Asosiasi Agen Tour dan Travel Indonesia (ASITA) Yogyakarta mengatakan dalam virtual talk show yang dipandu oleh Tribun Jogja, agensi tersebut biasanya melayani wisatawan asing di masa-masa sebelum virus corona dan bisnis belum kembali normal seperti sebagian besar negara masih menutup perbatasannya. Sedangkan pengunjung ke Yogyakarta akhir-akhir ini biasanya datang dalam rombongan kecil dan tanpa bantuan agen perjalanan.
Biro perjalanan di Yogyakarta saat ini lebih fokus pada wisatawan domestik dan lebih banyak menawarkan aktivitas outdoor yang disesuaikan dengan trend saat ini. Untuk memikat pelancong, agensi telah menyiapkan berbagai paket terjangkau dengan harga mulai dari Rp 200.000 per orang.
Paket ini berlaku untuk minimal empat orang dan sudah termasuk day trip dan transportasi ke beberapa tempat wisata, seperti Hutan Pinus Pengger di Bantul, Pantai Parangtritis, dan Pantai Gunungkidul. Selain destinasi tersebut di atas, beberapa biro perjalanan sudah mulai menawarkan wisata ke Candi Prambanan, menambahkan bahwa wisata sepeda keliling candi dikenai biaya Rp 250.000 per orang.
Pandemi telah menekan pariwisata karena telah mendorong pihak berwenang untuk memberlakukan pembatasan mobilitas di berbagai daerah untuk mengekang penularan virus. Ini telah menghabiskan sekitar Rp 85 triliun pendapatan pariwisata Indonesia sepanjang tahun ini, menurut data dari Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
Sultan Hamengku Buwono X Yogyakarta, yang juga merupakan Gubernur Yogyakarta, pada Juli memutuskan untuk membuka kembali sebagian sektor pariwisata di provinsi tersebut. Gubernur membiarkan tujuan wisata beroperasi dengan jumlah pengunjung yang terbatas, karena ia khawatir pembukaan kembali sektor tersebut secara penuh akan terlalu berisiko bagi Yogyakarta.