Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) bersiap untuk membuka dua Desa Wisata Edelweiss di Jawa Timur, yaitu Desa Ngadisari di Kabupaten Probolinggo dan Desa Wonokitri di Kabupaten Pasuruan. Acara peluncuran, berjudul “Land of Edelweiss Festival”, telah berlangsung di Paviliun Desa Wonokitri.
Desa-desa wisata bertujuan untuk menanam bunga edelweiss di luar habitat alami mereka, yang ditemukan di seluruh area taman nasional. Selain itu, juga untuk melestarikan budaya Tengger lokal, karena bunga ini sakral dan melengkapi persembahan dalam tradisi ritual mereka, sementara juga memberikan kesempatan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Yang harus kamu tahu, ada tiga jenis edelweiss, yaitu Anaphalis Javanica, Anaphalis Visida dan Anaphalis Longifolia. Anaphalis Javanica secara lokal dikenal sebagai Kembang Tana Layu, mengacu pada fakta bahwa bunga ini tidak mudah layu, dan dikenal sebagai bunga abadi. Kondisi ini membuat edelweiss sangat dicari, terutama di kalangan anak muda.
Bunga yang dibudidayakan adalah generasi kedua, atau F2, benih diambil dari area taman nasional melalui serangkaian uji coba budidaya dan perkembangan sejak tahun 2014, dengan 5.600 benih disediakan untuk setiap desa. Proses ini dituangkan dalam surat keputusan dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Desa-desa wisata akan dikelola oleh pokdarwis setempat, khususnya dari Kelompok Tani Edelweiss di dua desa. Masyarakat desa bertujuan untuk menawarkan pengalaman yang berbeda kepada wisatawan yang berkunjung ke Bromo selain menikmati panorama dan matahari terbit. Selain itu, upaya budidaya edelweiss di desa itu juga menguntungkan secara ekonomi bagi masyarakat. Sebelum tahun 2007, penduduk desa murni mengandalkan pertanian tanaman, tetapi setidaknya 60 persen sekarang dapat melihat peluang layanan pariwisata. Pariwisata edelweiss akan digabungkan dalam satu unit dengan perusahaan milik desa.