Tujuh warisan budaya berupa candi di sekitar DIY berpotensi bencana, khususnya gempa. Ketujuh candi tersebut adalah Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Lumbung, Candi Bubrah, Candi Ghana, Candi Ijo dan Keraton Ratu Boko. Ketujuh candi tersebut terletak di atas Sesar Opak, yakni salah satu patahan paling aktif yang mana pergerakannya telah mengakibatkan bencana alam di Yogyakarta.
Dan Sesar Opak ini juga kemungkinan menjadi sumber terjadinya bencana gempa bumi yang sangat besar. Padahal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sudah menetapkan wilayah Prambanan dan sekitarnya menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) dan warisan budaya dunia. Hal itu pula yang melatarbelakangi UNESCO Heritage Emergency Fund untuk menginisiasi proyek pemetaan risiko cagar budaya. UNESCO menggandeng sejumlah stakeholder, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY dan Jawa Tengah serta akademisi.
Penetapan wilayah Prambanan menjadi KCBN menjadikan lokasi ini sebagai pilot project oleh UNESCO. Kegiatan ini bertujuan untuk menegaskan pentingnya mitigasi bencana di sektor budaya dengan cara pemetaan warisan budaya. Baik yang benda maupun tak benda, yang berlokasi di kawasan yang rawan bencana alam. Seperti gempa bumi dan tanah longsor. Pemetaan risiko terhadap cagar budaya ini penting menurut Direktur Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Direktorat PRB BNPB Raditya Jati, juga berdasarkan kesepakatan global.
Bahwa upaya-upaya mengurangi risiko bencana di dunia salah satunya untuk mengurangi dampak sosial ekonomi budaya. Dan upaya untuk pengurangi korban jiwa, warga terdampak, kerugian sosial ekonomi dan infrastruktur kritis merupakan salah satu upaya dalam mengurangi risiko bencana.
Apalagi di Indonesia adalah negara yang memiliki risiko tinggi dari berbagai ancaman fenomena alam. Baik itu hidrometeorologi maupun geologi dan juga bisa mengakibatkan kerusakan. Termasuk juga kerugian sosial ekonomi budaya masyarakat setempat. Jika nantinya benar-benar ada bencana gempa, semuanya sudah terkondisikan dengan baik. Diakui Agung Setianto, cagar budaya itu tidak sebatas pada bangunan candi saja. Namun juga ada budayanya.
sumber: KR Jogja / Foto dari @acep_edward