Di tengah pandemi, Yogyakarta dilaporkan menerima 1,67 juta wisatawan antara Juli dan November, menurut data dari dua aplikasi seluler yang diterbitkan oleh pemerintah setempat: Visiting Jogja dan Jogja Pass. Berdasarkan data tersebut, Sultan Hamengku Buwono X Yogyakarta yakin industri pariwisata di provinsi itu akan pulih dengan cepat.
Hamengkubuwono mengatakan dalam pertemuan virtual dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada hari Kamis bahwa pandemi telah berdampak pada pariwisata dan pendidikan di Yogyakarta, menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Ia mengatakan, perekonomian mengalami kontraksi, turun 0,16 persen year-on-year (yoy) pada triwulan I tahun 2020 dan 6,7 persen pada triwulan II.
Sedangkan pada triwulan III kontraksi tercatat 2,84 persen yoy.
“Kami berharap perekonomian Yogyakarta tidak negatif pada akhir tahun ini,” kata Hamengkubuwono.
Meski demikian, Hamengkubuwono mengakui tidak mudah memulihkan pariwisata dan aktivitas ekonomi secara umum selama pandemi, dengan mengatakan komitmen pemerintah daerah dan masyarakat terhadap perubahan perilaku selama masa normal baru adalah kunci untuk menahan penyebaran virus corona. Pemerintah daerah juga telah mendesak para pemangku kepentingan wisata Yogyakarta untuk mengeluarkan protokol mereka sendiri terkait kesehatan dan keselamatan.
Yogyakarta termasuk di antara banyak provinsi yang membuka kembali pariwisata pada pertengahan 2020. Pada bulan Juli, gubernur memutuskan untuk membuka kembali sebagian sektor pariwisata provinsi dan membiarkan tujuan wisata beroperasi dengan jumlah pengunjung yang terbatas, karena ia khawatir pembukaan kembali sepenuhnya akan terlalu berisiko bagi Yogyakarta.
Terkait pemulihan pariwisata, Hamengkubuwono mengaku tidak ingin masyarakat dirugikan sesuai peraturan pemerintah daerah.
“Kami mendorong paguyuban menjadi subjek dan mengatur hal-hal teknis,” ujarnya.
Pada September lalu, para pelaku bisnis pariwisata di Yogyakarta menuntut pemerintah menetapkan regulasi yang jelas dan konsisten terkait kunjungan wisatawan ke kawasan tersebut, karena pandemi telah menekan jumlah pengunjung.
Sumber: tempo.co